Internet Tips Software

Sabtu, April 10, 2010

Global Warming

II. PEMBAHASAN

2.1. Apa yang dimaksud dengan Global Warming

Global Warming secara arti kata bisa berarti sebagai pemanasan global hal ini untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi saat ini bahwa telah terjadi peningkatan suhu rata-rata permukaan laut, bumi dan atmosfer saat ini suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 º C (1.33 ± 0.32 º F) selama seratus tahun terakhir. (sumber wikipedia).

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh gas-gas rumah kaca akibat aktifitas manusia melalui efek rumah kaca,. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh 30 badan ilmiah dan akademik , termasuk semua akademi sains nasional dari Negara-negara G8. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 º C antara tahun1990 dan 2100. (sumber wikipedia).

2.2. Penyebab Global Warming

Global Warming menurut analisa beberapa ahli sains dan klimatologi terjadi akibat dari adanya efek rumah kaca, hal ini terjadi karena radiasi sinar matahari yang terpapar ke permukaan bumi yang berupa menjadi energi panas yang diserap oleh permukaan bumi dan sebagian di pantulkan kembali. Namun akibat dari semakin menumpuknya jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfer berupa uap air, karbon dioksida (CO²) dan metana (CH4) yang menjadi perangkap bagi gelombang radiasi tersebut. Gas-gas ini akan menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan permukaan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal ini terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas – gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca , dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer maka semakin banyak panas yang terperangkap dibawahnya.


Gambar 1. Proses terjadinya Global Warming

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

Sebenarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpa efek tersebut suhu permukaan bumi akan sangat dingin, dengan temperature rata-rata sebesar 15° C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dengan efek rumah kaca karena tanpanya suhu bumi hanya -18°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi.

Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2), 65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak. Peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon.

Sedangkan laporan yang baru saja dirilis World Watch Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51 persen dari pemanasan global. Penulisnya, Dr. Robert Goodland, mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf riset Bank Dunia Jeff Anhang, membuatnya berdasarkan “Bayangan Panjang Peternakan”, laporan yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Mereka menghitung bidang yang sebelumnya dan memperbarui hal lainnya, termasuk siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan sebenarnya yang menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah hewan ternak yang dilaporkan di planet ini.

Emisi metana dari hewan ternak juga berperan sebesar 72 kali lebih dalam menyerap panas di atmosfer daripada CO2. Hal ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, para peneliti itu memberitahu bahwa perkiraan mereka adalah minimal, dan karena itu total emisi 51 persen masih konservatif

Tidak ada komentar:

Bisnis Online