Internet Tips Software

Sabtu, April 10, 2010

Global Waming

2.3. Akibat dari Global Warming
Pemanasan global ini tentunya mengakibatkan hal-hal yang merugikan bagi kehidupan makhluk di bumi berikut ini beberapa dampak dari pemanasan global (Global warming)
1. Perubahan Iklim, adalah peubahan suhu, tekanan udara, kelembaban, angin, curah hujan yang terjadi di permukaan bumi. Akhir akhir ini musim-musim yang ada di permukaan bumi mengalami pergeseran bulan-bulan yang biasanya hujan kini justru kemarau begitu juga sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan-bulan yang biasanya kemarau. Pegunungan daerah subtropis yang ditutupi salju semakin seikit dan semakin cepat mencair. Musim tanam pun menjadi berubah tentunya hal ini berdampak pada perekonomian dan kebutuhan pangan. Perubahan iklim mengakibatkan terjadinya perubahan temperature secara ekstrim akibatnya trjadi fenomena el nino dan la nina.
2. Peningkatan permukaan laut, peningkatan suhu mengakibatkan mencairnya es di kutub utara dan selatan akibatnya tinggi permukaan laut meningkat, di seluruh dunia tinggi muka laut telah meningkat 10 – 25 cm selama abad ke-20 dan para ilmuwan di IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) memprediksi peningkatan permukaan laut sebesar 9 – 88 cm pada abad ke-21. Peningkatan permukaan laut mempengaruhi kehidupan pantai banyak pulau-pulau yang hilang, peningkatan abrasi.
3. Kebakaran Hutan meningkat, area hutan yang kering akibat kenaikan suhu menjadikan hutan mudah terbakar misalnya : kebakaran hutan di Indonesia dan Australia yang mengakibatkan hangusnya jutaan areal hutan.
4. Situs purbakala lebih cepat rusak, akibat perubahan suhu yang ekstrim menyebabkan situs-situs purbakala menjadi rapuh dan cepat mengalami kerusakan.
5. Ketinggian gunung berkurang, gunung-gunung yang puncaknya mempunyai salju abadi akibat kenaikan suhu menyebabkan salju tersebut meleleh akibatnya ketinggian gnung tersebut berkurang, contohnya di pengunungan Alpen.
6. Satelit bergerak lebih cepat, akibat makin banyaknya CO² yang dihasilkan makin kuat pula dorongan pada atmosfer sehingga mempercepat pergerakan satelit.
7. Peningkatan Kasus Alergi, tingkat CO² yang meningkat dan iklim yang tak menentu memicu timbulnya berbagai macam alergi.
8. Migrasi hewan besar-besaran, akibat dari perubahan iklim serta rusaknya habitat hewan menyebabkan terjadinya migrasi hewan secara besar-besaran.
9. Punahnya beberapa jenis Hewan, akibat perubahan iklim menyebabkan kepunahan beberapa jenis hewan dan tumbuhan karena tidak bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.

2.4. Cara Menghadapi Global Warming.
a. Penghematan energi
Ketika pembangkit listrik membakar bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik, mereka mengeluarkan emisi CO2 secara signifikan.Upaya mengefisiensikan konsumsi energi kita adalah cara yang paling murah dan mudah untuk mengurangi emisi CO2. Efisiensi energi harus dipandang sebagai bagian penting dari usaha untuk mengurangi kebergantungan manusia kepada bahan bakar fosil.
Rumah tangga menyumbangkan emisi CO2 yang dalam jumlah besar, dan amatlah penting bagi kita untuk menyadari bahwa tindakan sederhana mampu berkontribusi untuk menyelamatkan lingkungan. Mari kita memulai dengan langkah sederhana seperti mematikan lampu ketika tidak dipergunakan, mematikan alat elektronik daripada memasangnya dalam kondisi stand-by atau memasang timer pada TV dan AC.


Efisiensi energi berarti:
• memilih teknologi yang paling baru yang mampu dimiliki untuk menyediakan kenyamanan hidup dengan penggunaan energi yang lebih sedikit.
• menggunakan energi secara bijaksana
• mengurangi kebocoran energi yang tidak perlu.
b . Pemanfaatan Energi terbarukan
Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber yang tidak dapat habis atau tergantikan, seperti air, angin, sinar matahari, biomass atau panas bumi. Energi terbarukan akan selalu tersedia dan tidak menimbulkan polusi yang berarti.
• Sumber-sumber utama energi terbarukan:
• Tenaga Air, dari pembangkit listrik skala kecil sampai ke tenaga ombak.
• Tenaga Angin, saat ini menjadi semakin populer di dunia dan harga pembuatannya semakin murah sehingga semakin kompetitif bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
• Tenaga Panas Matahari, saat ini 90% lebih murah daripada ketika tahun 70-an. Rumah yang memasang sel matahari pada atapnya mampu menghasilkan listrik untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
• Energy Biomass dideskripsikan sebagai energi yang diperoleh dari bahan organil. Energi yang tersimpan dalam tanaman dapat dikumpulkan untuk membangkitkan energi melalui beberapa metode seperti pengomposan, kombusi maupun gasifikasi.
• Energi Panas Bumi adalah menggunakan panas bumi untuk menyediakan energi. Inti Bumi amat panas, diperkirakan mencapai 5.500 °C dibawah permukaan. Ini hampir sama dengan permukaan matahari.
c. Hukum dan Kebijakan yang Mendukung
Para pembuat keputusan dapat mendorong efisiensi energi dan upaya pengurangan emisi CO2 lainnya, baik dalam bentuk persediaan maupun penggunaan energi. Efisiensi dapat dilaksanakan di banyak bidang dengan menyediakan kerangka regulasi dan ekonomi yang tepat untuk konsumen dan investor. Kerangka ini harus mempromosikan upaya dengan biaya yang efektif, teknologi terbaik untuk saat ini dan masa depan, dan solusi yang membuat lingkungan dan perekonomian siap untuk menghadapi ancaman perubahan iklim.
Menjadikan Protokol Kyoto sebagai hukum internasional merupakan langkah pertama yang paling penting dalam menghadapi masalah perubahan iklim. Protokol ini adalah satu-satunya persetujuan global untuk membatasi polusi pemanasan global. Ini juga adalah dasar dari aktifitas global yang efektif dalam mengatasi perubahan iklim di waktu yang akan datang.
Protokol Kyoto termasuk di dalam Kerangka Kerja Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC). Protokol ini mewajibkan negara-negara industri (Annex-1) – terkecuali Amerika Serikat yang tidak berpartisipasi – untuk mengurasi emisi gas rumah kaca sebesar rata-rata 5 persen dibawah level di tahun 1990 pada tahun 2008-2012.
Saat ini, dengan makin banyaknya bukti-bukti dari bahaya akibat perubahan iklim, negosiasi yang terjadi di antara negara-negara anggota UNFCCC mengenai seberapa besar pengurangan emisi CO2 tidak hanya akan mengakomodasi negara-negara Annex 1, namun juga kemungkinan adanya komitmen bagi negara-negara berkembang (Non Annex-1) pada periode komitmen kedua (setelah tahun 2012).
Sangat besar kemungkinan bagi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil bahan bakar fosil terbesar untuk mendapatkan komitmen dalam target pengurangan emisi pada periode komitmen kedua. Terkait dengan hal tersebut, sangat perlu bagi Indonesia untuk mengambil langkah nyata dan berperan secara aktif dalam mempersiapkan komitmen secara domestik maupun internasional di masa yang akan datang.
Saat ini amatlah penting untuk melakukan upaya untuk membangun kepercayaan dan pemahaman yang lebih baik diantara berbagai pihak berbeda yang terkait dalam penelitian, pengambilan keputusan politis dan perumusan kebijakan di isu iklim, yang pada akhirnya akan memfasilitasi strategi negosiasi iklim di masa yang akan datang.
d. Upaya Adaptasi
WWF menyadari bahwa perubahan iklim adalah ancaman serius bagi keanekaragaman hayati dan ekosistem. Saat ini WWF bekerja di semua bagian dunia mulai dari terumbu karang tropis sampai dengan ekosistem Artik. Upaya yang dilakukan adalah mendokumentasikan dampak perubahan iklim dan kebutuhan untuk mencari solusinya, serta mengembangkan strategi adaptasi bagi ekosistem dan komunitas yang terkena dampak perubahan iklim.
Pada saat ini penting sekali bagi kita untuk mengambil tindakan untuk melakukan upaya konservasi ekosistem karena kondisi lingkungan yang sudah berubah. Kegiatan ini disebut sebagai “adaptasi (penyesuaian)”. Ini adalah cara pengelolaan untuk membantu alam, yang bagaimanapun juga bukan merupakan solusi jangka panjang. Kita perlu mengambil tindakan secepatnya untuk mengurangi emisi CO2 dan efek dari Gas Rumah Kaca lainnya.
Strategi adaptasi ada bermacam-macam. Beberapa upaya meliputi pengenalan terhadap tekanan selain dari iklim di sistem alamiah lingkungan. Membatasi tekanan ini (misalnya: polusi, hilangnya habitat, dan terdapatnya invasi spesies) dapat meningkatkan daya tahan dan daya lenting dari ekosistem sehingga dapat membantu melawan tekanan akibat perubahan iklim.
Tindakan pendekatan lainnya meliputi penggunaan daerah yang dilindungi untuk membantu melawan dampak perubahan iklim. Strategi perubahan desain cadangan, penambahan koridor sehat dan menghubungkan cadangan dari berbagai tipe habitat yang berbeda (misalnya habitat laut dan teresterial) semuanya dapat berkontribusi untuk untuk memperbaiki kondisi alam.
2.5. Bagaimana Di Indonesia
Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global (global warming), yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi. "Sudah banyak ditemukan dampak pemanasan global di Indonesia," kata koordinator kampanye bidang iklim dan energi World Wild Fund (WWF) Indonesia, Verena Puspawardhani, di Banda Aceh, Sabtu (30/6).
Dampak pemanasan global itu diantaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.
"Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. setiap tahunnya di Indonesia semakin banyak pasien penderita penyakit ini," katanya. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global.
Indonesia yang terletak di equator merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Diperkirakan pada 2007 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut. Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan kepunahan habitat di sana merupakan bukti dari pemanasan global.
Pemanasan global disebabkan kegiatan manusia yang mengasilkan emisi gas rumah kaca dari industri, kendaraan bermotor, pembangkit listrik bahkan menggunaan listrik berlebihan. "Karena itu yang harus dilakukan untuk mengatasi ancaman pemanasan globala adalah melakukan penghematan energi listrik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menghentikan penebangan dan pembakaran hutan," katanya. Ditambahkannya, pemerintah harus didesak untuk menggunakan energi terbarukan seperti matahari, air dan angin yang lebih ramah lingkungan.
Pemerintah telah melakukan upaya-upaya dalam ikut serta mengatasi terjadinya Pemanasan Global, dengan mencanangkan gerakan menanam pohon sejak tahun 2007. setiap tahun kegiatan menanam selalu dilaksanakan pada bulan November dan Desember dengan berbagai macam tema, mulai dari Gerakan Tanam Sejuta Pohon, Gerakan Perempuan Tanam Tebar dan Pelihara sampai dengan Gerakan One Man One Tree (satu orang satu pohon) yang dilaksanakan pada tahun 2009 lalu. Ini semua menunjukan betapa besar komitmen pemerintah untuk mengurangi dampak meningkatnya kadar CO² di udara karena fungsi hutan sebagai paru-paru dunia harus terus dijaga kelestariannya.

Tidak ada komentar:

Bisnis Online